Wanita di Dinasti Joseon Selalu Menutupi Wajah saat Berada di Luar, Kenapa?

Dinasti Joseon telah lama berlalu, tetapi masih ada banyak hal menarik yang bisa kita pelajari tentang budaya dan kehidupan pada masa itu. Salah satunya adalah praktik menutupi wajah oleh wanita saat berada di luar ruangan. Mengapa hal ini dilakukan? Apa alasan di balik kebiasaan ini? Mari kita jelajahi lebih lanjut!
Konfusianisme dan Aturan Ketat di Dinasti Joseon
Pada masa Dinasti Joseon, Konfusianisme merupakan ideologi utama yang mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan agama. Salah satu prinsip utamanya adalah aturan ketat berdasarkan jenis kelamin. Menurut ajaran Konfusianisme, laki-laki dan perempuan tidak boleh duduk bersama setelah mencapai usia 7 tahun.
Dalam masyarakat Dinasti Joseon, peran gender sangat jelas. Wanita memiliki peraturan yang lebih ketat, yang mengharuskan mereka untuk mematuhi norma-norma tertentu.
Menutupi Wajah sebagai Salah Satu Aturan
Salah satu aturan yang harus diikuti oleh wanita adalah larangan untuk mengintip atau berjalan-jalan di luar. Saat keluar rumah, wanita harus menutupi wajah mereka. Jika mereka harus melihat sesuatu, mereka harus melakukannya dengan cara yang menyembunyikan diri.
Wanita diharapkan untuk tetap berada di dalam rumah sebanyak mungkin dan mengurangi frekuensi keluar rumah. Jika mereka keluar tanpa menutupi wajah dan bertemu dengan seseorang, mereka harus menundukkan kepala dan memalingkan wajah ke samping.
Prinsip Konfusianisme di Dinasti Joseon menekankan adanya perbedaan jelas antara laki-laki dan perempuan dalam semua aspek kehidupan. Mulai dari struktur rumah hingga jalanan, ada tata cara yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki berjalan di sebelah kanan, sementara perempuan berjalan di sebelah kiri.
Pentingnya Privasi dan Kehormatan dalam Budaya Joseon
Rosalind Noor dalam laman Medium menyatakan, “Selain itu, perempuan diperintahkan untuk tidak memperlihatkan wajah mereka di luar anggota keluarga mereka.” Oleh karena itu, wanita menutupi wajah mereka saat pergi keluar. Hanya anggota keluarga yang sangat dekat, seperti orang tua, saudara kandung, mertua, serta paman dan bibi yang diizinkan melihat wajah wanita tersebut.
Ada berbagai cara yang digunakan oleh wanita untuk “menyembunyikan diri” di jalanan. Mereka menggunakan jangot, sseugaechima, atau neoul.
Jangot, Sseugaechima, dan Neoul
Jangot adalah jenis jubah luar atau mantel yang digunakan sebagai penutup kepala oleh wanita pada masa Dinasti Joseon. Awalnya, jangot digunakan sebagai mantel, tetapi kemudian mulai dikenakan di atas kepala, terutama oleh wanita bangsawan. Jangot memiliki desain yang mirip dengan mantel panjang, dengan dua lengan dan kerah dalam dan luar. Pada bagian kerahnya, terdapat pita yang memberikan sentuhan estetika.
Jangot adalah pakaian khas yang digunakan oleh wanita untuk menutupi wajah saat berada di luar rumah, dan menjadi favorit di kalangan kelas menengah dan bawah.
Sseugaechima, di sisi lain, dikenakan oleh wanita pada pertengahan hingga akhir masa Dinasti Joseon. Secara harfiah, sseugaechima berarti “rok penutup kepala” karena bentuknya menyerupai rok. Biasanya terbuat dari katun atau sutra, sseugaechima umumnya berwarna putih, giok, atau merah. Meskipun sseugaechima lebih dihargai daripada jangot, tetapi lebih mudah dibuat daripada neoul yang dikenakan oleh wanita kelas atas. Namun, menjelang akhir masa Joseon, perbedaan antar kelas melemah, dan wanita dari semua kelas mengenakan sseugaechima.
Neoul adalah cadar yang terbuat dari sutra tipis dan dikenakan oleh wanita kelas atas. Sutra tipis memungkinkan wanita melihat ke luar, tetapi orang lain tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Di sisi lain, topi yang terbuat dari bambu dan dilapisi dengan kertas minyak biasanya digunakan oleh wanita kelas bawah.
Batasan Ketat yang Diperlukan oleh Wanita Korea
Aturan ketat dalam Dinasti Joseon menyatakan, “Mencapai usia 7 tahun, anak laki-laki dan perempuan tidak lagi duduk bersama.” Ajaran Konfusius ini telah menjadi bagian dari budaya Korea selama bertahun-tahun. Aturan ini membantu menjaga “jarak antar jenis kelamin” yang dianggap tepat dalam masyarakat pada masa itu.
Selain itu, ada juga aturan yang dikenal sebagai “jalan tiga kepatuhan” (sam-jong-ji-do). Aturan ini menuntut agar wanita mematuhi ayah mereka sebelum menikah, suami mereka setelah menikah, dan putra mereka setelah suami meninggal.
Aturan mengenai jarak antar jenis kelamin merupakan aturan sosial yang sangat efektif untuk membatasi kebebasan wanita dalam masyarakat Dinasti Joseon.
Kesimpulan
Praktik menutupi wajah oleh wanita Korea saat berada di luar pada masa Dinasti Joseon adalah hasil dari prinsip-prinsip Konfusianisme yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Wanita diharapkan untuk menjaga privasi, menghormati norma-norma sosial, dan menjaga jarak dengan pria yang tidak dikenal. Mereka menggunakan berbagai jenis pakaian, seperti jangot, sseugaechima, dan neoul, untuk menutupi wajah mereka. Meskipun masa Dinasti Joseon telah berlalu, pemahaman tentang sejarah ini memberikan wawasan yang menarik tentang budaya dan tradisi Korea pada masa lalu.