Self Care

7 Tips Menghadapi Orang Toxic

Tips Menghadapi Orang Toxic. Menghadapi orang toxic di sekitar kita bisa menjadi tugas yang cukup menantang. Tidak jarang kita menemui orang toxic di lingkungan kerja, dalam pertemanan, atau bahkan di keluarga. Meskipun kita harus berinteraksi dengan mereka setiap hari, tidak dapat dipungkiri bahwa menghadapi orang toxic tidaklah mudah.

Jika kita tidak pandai menghadapinya, kita bisa terjebak dalam dampak negatif yang mereka timbulkan. Lalu, bagaimana cara yang bijak untuk menghadapi orang-orang tersebut? Simak beberapa tips berikut agar kita dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang tanpa terpengaruh oleh orang toxic di sekitar kita.

1. Kenali dan Pahami Perilakunya

Orang toxic seringkali memiliki sikap manipulatif, suka menciptakan drama, atau sering berpikiran negatif. Jika kita memiliki teman, rekan kerja, pasangan, atau anggota keluarga dengan karakteristik seperti ini, kemungkinan kita sedang terjebak dalam hubungan yang toxic.

Namun, jangan khawatir. Dengan mengenali perilaku toxic yang sering dilakukan orang-orang di sekitar kita, seperti cara mereka berkomunikasi, memberikan kritik, atau mencari perhatian, kita dapat lebih waspada terhadap perilaku-perilaku tersebut.

Perhatikan adanya perilaku tertentu yang tampak tidak wajar atau merugikan orang lain. Kemungkinan besar perilaku tersebut merupakan perilaku toxic yang harus kita waspadai.

2. Abaikan Perilaku Orang Tersebut

Orang dengan kepribadian toxic sering kali mencari perhatian orang lain dengan berbagai cara. Mereka sering memotong pembicaraan orang lain, berperilaku berlebihan, atau sengaja berbicara dengan keras.

Salah satu cara yang sangat efektif untuk menghadapi orang dengan kepribadian toxic yang ingin selalu menjadi pusat perhatian adalah dengan tidak menghiraukannya. Meskipun orang tersebut mulai berulah, sebaiknya kita dan orang-orang di sekitar kita tidak terlalu memperdulikannya.

3. Jangan Mudah Memaklumi Perilakunya

Pernahkah kita memaklumi atau membiarkan orang lain melakukan perilaku buruk terhadap kita? Misalnya, setelah menghadapi orang dengan perilaku toxic, kita berkata, “Mungkin dia sedang emosi” atau “Dia mungkin tidak sadar bahwa perbuatannya salah, dia pasti akan mengerti jika diingatkan.”

Meskipun kita mungkin ingin mencoba memahami sudut pandang orang tersebut, hal ini sebenarnya dapat memberikan kesan bahwa kita membela mereka. Jadi, jika kita yakin bahwa seseorang yang kita kenal menunjukkan sikap toxic, saatnya kita mengikuti kata hati dan tidak lagi memakluminya.

Dengan terus menyangkal kata hati kita, kita sebenarnya membenarkan tindakan orang toxic tersebut.

4. Jangan Merasa Rugi Jika Harus Menjauhinya

Salah satu trik dalam menghadapi orang toxic adalah melepaskan pikiran bahwa kita akan merugi atau merasa kehilangan jika menjauh dari mereka. Ketakutan semacam itu sering disebut dengan sunk cost fallacy.

Sunk cost fallacy adalah kesalahan berpikir yang muncul ketika kita merasa sudah “menginvestasikan” banyak hal pada seseorang. Investasi tersebut bisa berupa perasaan, emosi, waktu, pengorbanan, atau bahkan uang. Semakin besar “investasi” yang kita berikan, semakin sulit bagi kita untuk melepaskan diri.

Sunk cost fallacy sering ditemukan pada orang-orang yang terjebak dalam hubungan toxic atau abusif. Contohnya, banyak orang yang tidak rela meninggalkan pasangannya yang sering melakukan kekerasan hanya karena mereka telah menikah selama bertahun-tahun.

5. Hindari Orang yang Mengasihani Diri Sendiri Terlalu Sering

Tips lain dalam menghadapi orang toxic adalah mengenali tanda-tanda mengasihani diri sendiri pada orang tersebut dan berusaha menghindarinya. Orang toxic seringkali pandai berpura-pura dan manipulatif. Mereka sering melepaskan diri dari tanggung jawab dengan mengasihani diri sendiri.

Misalnya, jika seorang teman berutang kepada kita, mereka mungkin mencari alasan yang membuat mereka merasa sebagai korban saat kita menagih utang tersebut. Mereka mungkin bersikeras dengan alasan bahwa mereka belum mendapatkan pekerjaan karena tidak ada dukungan dari orang sekitar dan sebagainya.

Orang-orang yang sering memposisikan diri sebagai korban dan mengasihani diri sendiri cenderung tidak melakukan perubahan apa pun untuk memperbaiki hidup mereka.

6. Lakukan Introspeksi Diri

Dalam menghadapi orang toxic, kita juga harus rajin melakukan introspeksi diri. Mungkin perilaku toxic tersebut muncul karena kita juga memiliki perilaku yang serupa.

Jika perlu, mintalah bantuan orang lain untuk mengevaluasi diri kita. Tanyakan kepada teman-teman, rekan kerja, atau pasangan kita mengenai sikap yang perlu kita perbaiki.

Dengan mengenali kekurangan dan sikap negatif pada diri sendiri, kita dapat menghindari perilaku toxic yang mungkin pernah kita lakukan tanpa disadari.

7. Buatlah Batasan

Jika kita tidak dapat menjauhi orang toxic tersebut, misalnya karena mereka adalah anggota keluarga atau pasangan yang tinggal serumah, kita perlu membuat batasan. Buatlah batasan yang berisi hal-hal yang dapat kita toleransi dan yang tidak, lalu sampaikan dengan tegas kepada orang tersebut.

Misalnya, pasangan kita memiliki hak untuk tidak menyukai salah satu teman kita, tetapi kita harus membuat batasan ketika pasangan mulai menjelek-jelekkan teman kita. Saat pasangan mulai membicarakan hal-hal buruk tentang teman kita, kita bisa memilih untuk tidak mendengarkan.

Menghadapi orang dengan karakteristik toxic memang perlu dilakukan dengan tegas, seperti dengan mengabaikan atau menghindari mereka sepenuhnya. Dengan bersikap tegas, kita tidak akan terbawa oleh aura negatif orang tersebut dan lebih mudah merasakan kebahagiaan dalam hidup kita.

Jadi, ketika kita berhadapan dengan orang toxic di sekitar kita, penting untuk mengenali perilaku mereka, tidak memedulikan perilaku mereka, tidak memaklumi perilaku mereka, menjauhi sunk cost fallacy, menghindari orang yang terlalu sering mengasihani diri sendiri, melakukan introspeksi diri, dan membuat batasan yang jelas. Dengan cara ini, kita dapat menghadapi orang toxic dengan bijak dan menjaga kehidupan kita agar lebih sehat dan damai.

Back to top button