
Jenis Kekerasan Pada Anak. Kekerasan terhadap anak adalah masalah serius yang dapat berdampak jangka panjang pada kehidupan mereka. Sebagai orangtua, kita mungkin pernah melakukan tindakan kekerasan pada anak, baik dengan sengaja maupun tanpa disadari. Dampaknya bisa sangat merusak dan mempengaruhi sikap serta perkembangan anak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi pada anak dan memahami tanda-tanda yang terlihat. Dalam artikel ini, kita akan membahas jenis-jenis kekerasan pada anak serta tanda-tanda yang dapat kita amati.
Bentuk-Bentuk Kekerasan pada Anak
Kekerasa pada anak tidak hanya terbatas pada kekerasan secara fisik, tapi juga kekerasan emosial, penelantaran, dan juga kekerasan seksual. Berikut penjelasannya.
1. Kekerasan Emosional
Kekerasan tidak selalu berwujud fisik; kadang-kadang kekerasan bisa terjadi dalam bentuk yang lebih halus namun sangat merusak, seperti kekerasan emosional. Contoh tindakan kekerasan emosional termasuk meremehkan atau mempermalukan anak, berteriak di depan mereka, mengancam, atau mengatakan bahwa mereka tidak baik. Bahkan jarang melakukan kontak fisik seperti memeluk dan mencium anak juga dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan emosional.
Tanda-tanda kekerasan emosional pada anak meliputi kehilangan kepercayaan diri, depresi, gelisah, sakit kepala atau sakit perut yang tiba-tiba, penarikan diri dari aktivitas sosial, teman-teman, atau orangtua, perkembangan emosional yang terhambat, sering bolos sekolah dan penurunan prestasi, menghindari situasi tertentu, serta kehilangan ketrampilan.
2. Penelantaran Anak
Sebagai orangtua, kewajiban kita adalah memenuhi kebutuhan anak, memberikan kasih sayang, melindungi, dan merawat mereka. Namun, jika kita tidak mampu atau tidak mau memenuhi kebutuhan anak, itu bisa dianggap sebagai penelantaran anak, yang merupakan bentuk kekerasan terhadap mereka.
Tanda-tanda penelantaran anak meliputi perasaan acuh tak acuh, kebersihan yang buruk, pertumbuhan yang terhambat, kurangnya pakaian atau perlengkapan kebutuhan anak lainnya, prestasi buruk di sekolah, kurangnya perawatan medis atau emosional, kelainan emosional seperti mudah marah atau frustrasi, perasaan ketakutan atau gelisah, serta penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
3. Kekerasan Fisik
Salah satu bentuk kekerasan yang sering terjadi pada anak adalah kekerasan fisik yang dilakukan oleh orangtua. Terkadang, orangtua menggunakan kekerasan fisik dengan maksud untuk mendisiplinkan anak, tetapi sebenarnya ada cara-cara yang lebih efektif dalam mendisiplinkan anak tanpa harus melukainya secara fisik.
Tanda-tanda kekerasan fisik pada anak dapat terlihat melalui adanya cedera, memar, atau bekas luka pada tubuh mereka.
4. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual terhadap anak dapat berbentuk trauma yang melibatkan kontak fisik maupun situasi yang melecehkan secara seksual. Sebagai contoh, mengejek bentuk pertumbuhan payudara anak di depan orang lain termasuk dalam kekerasan seksual. Orangtua juga seharusnya tidak mengenalkan anak dengan materi pornografi di usia yang belum sesuai.
Tanda-tanda kekerasan seksual pada anak meliputi penyakit menular seksual, masalah pada organ intim, kehamilan, nyeri saat berjalan, dan sebagainya.
Dampak Kekerasan Pada Anak
- Kematian: Kekerasan yang ekstrem pada anak dapat menyebabkan kematian. Jika anak mengalami kekerasan fisik yang berlebihan dan tidak dapat membela diri, mereka bisa kehilangan nyawa. Dampak ini juga dapat terjadi pada anak remaja jika kekerasan yang mereka alami sangat parah dan berbahaya.
- Luka atau cedera: Kekerasan pada anak dapat menyebabkan luka dan cedera. Anak yang mengalami kekerasan mungkin memiliki bekas luka akibat dipukul atau dilempari benda keras. Orangtua yang marah kadang tidak menyadari bahwa mereka sedang menyakiti anak mereka secara fisik dan emosional. Hal ini dapat menyebabkan luka fisik dan mental pada anak.
- Gangguan perkembangan otak dan sistem saraf: Kekerasan dapat mengganggu tumbuh kembang anak, termasuk gangguan pada perkembangan otak dan sistem saraf. Kekerasan pada usia dini dapat mengganggu berbagai sistem tubuh anak, seperti pernapasan, reproduksi, sistem imun, dan sistem saraf. Dampak ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan mempengaruhi kehidupan fisik dan psikologis anak.
- Sikap negatif: Kekerasan pada anak dapat menyebabkan terbentuknya sikap negatif pada diri mereka. Anak yang mengalami kekerasan cenderung memiliki sikap buruk, seperti merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, serta perilaku seksual yang tidak sehat. Hal ini juga dapat menyebabkan kehamilan di luar nikah pada usia yang belum pantas, serta meningkatkan risiko terjadinya gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
- Gangguan kesehatan: Kekerasan pada anak dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serius, seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, endometriosis, dan masalah kesehatan lainnya. Anak yang mengalami kekerasan juga rentan mengalami perkembangan otak yang terbelakang, kesulitan sosial, emosional, dan kognitif, gangguan berbahasa, kesulitan penglihatan, bicara, dan pendengaran, masalah tidur, gangguan makan, dan kecenderungan melukai diri sendiri.
- Masalah masa depan: Kekerasan pada anak tidak hanya berdampak pada saat kekerasan terjadi, tetapi juga dapat mempengaruhi masa depan anak. Anak yang mengalami kekerasan cenderung keluar dari sekolah dan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Dampak kekerasan tersebut juga dapat berlanjut pada generasi selanjutnya. Anak yang mengalami kekerasan saat kecil mungkin akan meneruskannya kepada anak dan cucunya.
Dampak-dampak tersebut menekankan pentingnya mencegah kekerasan terhadap anak dan memberikan perlindungan serta dukungan yang tepat bagi mereka yang telah mengalami kekerasan.
Apakah Anak Korban Kekerasan Juga Akan Melakukan Kekerasan?
Tidak selamanya anak korban kekerasan menjadi orangtua yang juga melakukan kekerasan kepada anaknya kelak. Ada juga anak korban kekerasan yang menyadari bahwa apa yang ia terima bukanlah hal baik.
Pada akhirnya, anak termotivasi untuk tidak melakukan hal yang sama seperti yang ia terima saat masih kecil kepada anak-anaknya kelak.
Tidak menutup kemungkinan, anak korban kekerasan nantinya bisa lebih melindungi anak-anak mereka dari kekerasan. Anak korban kekerasan harus diberi tahu bahwa apa yang ia terima merupakan hal yang salah dan tidak baik dilakukan. Hal ini bertujuan agar anak tidak akan berlaku seperti itu kepada siapa pun.
Meskipun belum tentu, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang pernah mengalami kekerasan atau pelecehan bisa melakukan hal yang sama pada anaknya kelak. Beberapa faktor utama yang sangat berpengaruh dalam perilaku anak di masa depan yakni:
- Kekerasan yang dialami sejak dini
- Kekerasan dilakukan dalam waktu yang lama
- Kekerasan dilakukan oleh orang yang berhubungan dekat dengan korban, misalnya orangtua
Kekerasan yang dilakukan sangat berbahaya bagi anak. Anak korban kekerasan seringnya mengatasi traumanya sendiri dengan cara menyangkal bahwa ia telah menerima kekerasan atau dengan cara menyalahkan dirinya sendiri.
Alasan untuk menerapkan kedisiplinan sering digunakan untuk melakukan kekerasan pada anak. Itulah mengapa perlakuan ini dibenarkan oleh beberapa orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak, padahal seharusnya tidak.
Pada akhirnya, anak yang pernah mengalami kekerasan saat kecil tidak dapat melihat bagaimana seharusnya orangtua mengasihi dan memperlakukan anaknya dengan baik. Dengan begitu, kemungkinan besar kelak ia akan tumbuh dengan mencontoh apa yang orangtuanya telah lakukan. Ia kemungkinan akan membesarkan anak dengan cara sama seperti ia dibesarkan oleh orangtuanya dahulu.